Kamis, 16 Juni 2011

Rumah Adat Melayu Ketapang
Kabupaten Ketapang


A. Selayang Pandang
Ketapang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat yang menyimpan banyak potensi wisata. Selain pantai, keraton, dan makam, di Ketapang juga berdiri Rumah Adat Melayu sebagai salah satu obyek wisata minat khusus.
Dilihat secara fisik, Rumah Adat Melayu Ketapang terdiri dari tiga bangunan utama, yaitu bangunan induk yang berukuran 20 x 30 meter, bangunan Balai Rung Sari yang berukuran 9 x 15 meter dan Balai Peranginan yang berukuran 6 x 30 meter. Ketiga bangunan tersebut didirikan di atas tanah seluas 2 hektar.
Rumah Adat Melayu Ketapang adalah saksi bisu sejarah perkembangan kebudayaan Melayu. Di tempat inilah, pada tanggal 29 Mei 2009 dilakukan pendeklarasian dan pelantikan pengurus Lembaga Adat Melayu Serantau (LAMS).
Rumah Adat Melayu Ketapang didirikan dengan tujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang ada dan sekaligus untuk menghidupkan kembali nilai-nilai adat budaya Melayu Ketapang. Selain itu, tujuan dari dibangunnya Rumah Adat Melayu Ketapang ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada generasi muda tentang adat budaya Melayu Ketapang yang sebenarnya.
Tujuan tersebut memiliki dua sisi, yaitu sisi budaya dan pariwisata. Dilihat dari sisi budaya, upaya untuk melestarikan dan memberikan pengetahuan kepada generasi muda praktis bisa tercapai dengan dibangunnya Rumah adat Melayu Ketapang yang mencirikan arsitektur Melayu Islam.
Dari sisi pariwisata, Rumah Adat Melayu Ketapang menawarkan daya tarik sebagai tujuan wisata di Kabupaten Ketapang. Buktinya, banyak anak muda yang berkunjung ke tempat ini. Selain menikmati keindahan panorama dan kemegahan Rumah Adat Melayu Ketapang, banyak anak muda yang memanfaatkan tanah di sekitar Rumah Adat Melayu Ketapang untuk menyalurkan hobi mereka.
Beberapa sarana olahraga akhirnya dibangun di tempat ini. Sebut saja lapangan voli dan tempat pembuatan sekaligus penyimpanan (garasi) sampan yang biasanya digunakan untuk lomba sampan.
B. Keistimewaan
Rumah Adat Melayu Ketapang dibangun dengan bahan baku dari kayu belian (ulin). Kayu-kayu ini didatangkan dari HPH “Alas Kusuma”. Selain tiang penyangga rumah dan tangga, seluruh lantai serta dindingnya dibuat dengan menggunakan kayu belian.
Rumah Adat Melayu Ketapang ini disangga dengan fondasi yang terbuat dari kayu belian. Fondasi dasar dibuat dengan kayu ulin sebanyak 180 batang dengan ukuran 20 x 20 cm dan tinggi 1 meter. Fondasi tersebut kemudian ditimbun dengan pasir yang dipompa dari sungai Pawan. Hal ini diperlukan karena lokasi tempat Rumah Adat Melayu Ketapang dibangun ini dulunya adalah rawa-rawa sehingga diperlukan proses pemadatan tanah.
Fondasi kedua juga terbuat dari kayu belian dengan ukuran yang sama dengan tinggi 2 m. Fondasi kedua ditutup dengan papan kayu belian, kemudian baru dibangun tiang-tiang untuk menyangga dinding dan atap bangunan.
C. Lokasi
Rumah Adat Melayu Ketapang terletak di Kelurahan Mulia Baru, Kecamatan Delta Pawan, kira-kira 2 km dari pusat kota Ketapang.
D. Harga Tiket
Pengunjung tidak dipungut biaya (gratis).
E. Akses
Pengunjung yang akan menikmati obyek wisata berupa Rumah Adat Melayu Ketapang dapat menempuh perjalanan dengan menggunakan kendaraan beroda 4 atau 2 dengan waktu tempuh sekitar 10 menit dari kota Ketapang.
F. Fasilitas dan Akomodasi Lainnya
Rumah Adat Melayu Ketapang menyediakan panorama yang eksotis. Rumah yang terletak di pinggir sungai Pawan ini memberikan pandangan langsung ke arah sungai yang sedap dipandang.
Bagi para pengunjung yang datang secara rombongan, menggunakan mobil pribadi, maupun motor, di Rumah Adat Melayu Ketapang disediakan halaman (untuk parkir) yang sangat luas. Selain itu, akses menuju lokasi juga telah dibuatkan jalan yang mulus beraspal.
Bagi para pengunjung yang ingin mendapatkan pengalaman wisata air, di sekitar Rumah Adat Melayu Ketapang juga dibangun sebuah dermaga kecil untuk duduk-duduk sambil menikmati keindahan sungai Pawan.
Selain itu, beberapa sarana olahraga juga dibangun di sekitar Rumah Adat Melayu Ketapang, seperti lapangan voli. Bahkan, tak jauh dari Rumah Adat Melayu Ketapang juga dibangun sebuah bengkel untuk membuat dan memperbaiki sekaligus sebagai tempat penyimpanan (garasi) sampan. Sampan inilah yang biasanya dipakai dalam beberapa perlombaan sampan tradisional.

1 komentar: