Masjid Jami` Sultan Abdurrahman
Kota Pontianak
A. Selayang Pandang
Konon, sebelum Habib Husein Alkadri bertolak dari Hadramaut, Yaman Selatan, menuju kawasan timur, gurunya berwasiat supaya mencari permukiman yang berada di pinggir sungai yang masih ditumbuhi pepohonan hijau. Ketika diangkat menjadi hakim agama Kerajaan Matan dan Kerajaan Mempawah, beliau pun meminta kepada kedua sultan dari kerajaan-kerajaan tersebut untuk dibuatkan sebuah permukiman seperti yang diwasiatkan gurunya.
Pada tahun 1770 M, Habib Husein Alkadri wafat di Kerajaan Mempawah. Tiga bulan kemudian, anak beliau yang bernama Syarif Abdurrahman bersama dengan saudara-saudaranya, sepakat untuk meninggalkan Kerajaan Mempawah dan mencari daerah permukiman baru. Pada tanggal 23 Oktober 1771 M (24 Rajab 1181 H), rombongan Syarif Abdurrahman menemukan lokasi yang sesuai di delta Sungai Kapuas Kecil, Sungai Landak, dan Sungai Kapuas. Setelah delapan hari bekerja menebas hutan, rombongan ini lalu mendirikan tempat tinggal dan sebuah langgar.
Seiring dengan pesatnya perkembangan kawasan tersebut, lambat-laun langgar sederhana itu pun kemudian berubah menjadi masjid. Sultan Syarif Usman (1819-1855 M), sultan ke-3 Kesultanan Pontianak, tercatat sebagai sultan yang pertama kali meletakkan fondasi bangunan masjid sekitar tahun 1821 M/1237 H. Bukti bahwa masjid tersebut dibangun oleh Sultan Syarif Usman dapat dilihat pada inskripsi huruf Arab yang terdapat di atas mimbar masjid yang menerangkan bahwa Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman dibangun oleh Sultan Syarif Usman pada hari Selasa bulan Muharam tahun 1237 Hijriah. Berbagai penyempurnaan bangunan masjid terus dilakukan oleh sultan-sultan berikutnya hingga menjadi bentuknya seperti yang sekarang ini.
Untuk menghormati jasa Sultan Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri, pendiri Kota Pontianak dan sultan pertama Kesultanan Pontianak, masjid yang berada di sebelah barat Istana Kadriah itu pun diberi nama Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman.
B. Keistimewaan
Masjid yang memiliki panjang 33,27 meter dan lebar 27,74 meter ini merupakan masjid tertua dan terbesar di Pontianak. Masjid yang undak (seperti tajug ala arsitektur Jawa) paling atasnya mirip mahkota atau genta besar khas arsitektur Eropa ini menjadi saksi sejarah perubahan demi perubahan yang terjadi di Kota Pontianak dan sekitarnya.
Mayoritas konstruksi bangunan masjid terbuat dari kayu belian pilihan. Dominasi kayu belian masih dapat dilihat pada pagar, lantai, dinding, menara, dan sebuah bedug besar yang terdapat di serambi masjid. Enam tonggak utama (soko guru) penyangga ruangan masjid yang berdiameter 60 sentimeter juga terbuat dari kayu belian. Konon, tonggak-tonggak tersebut telah berusia lebih dari 170 tahun. Selain enam tonggak utama, terdapat empat belas tiang pembantu yang berfungsi sebagai penyangga ruangan masjid.
Pengaruh arsitektur Eropa terlihat pada pintu dan jendela masjid yang cukup besar, sedangkan pengaruh Timur Tengah terlihat pada mimbarnya yang berbentuk kubah.
Seperti bangunan rumah Melayu pada umumnya, masjid ini juga memiliki kolong di bawah lantainya. Meski persis berada di atas air Sungai Kapuas, masjid ini tidak pernah kebanjiran karena fondasi masjid berjarak sekitar satu setengah meter di atas permukaan tanah.
C. Lokasi
Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman terletak di Kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini hanya berjarak sekitar 200 meter di sebelah barat Istana Kadriah.
D. Akses
Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman berada di dekat pusat Kota Pontianak. Lokasi masjid dapat dijangkau melalui jalur sungai dan jalur darat. Pengunjung yang memilih jalur sungai dapat mengaksesnya dengan menggunakan sampan atau speed boat dari Pelabuhan Senghie, sedangkan pengunjung yang menggunakan jalur darat dapat naik bus yang melewati jembatan Sungai Kapuas.
E. Harga Tiket
Pengunjung tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Di kawasan Masjid Jami‘ Sultan Abdurrahman terdapat pramuwisata, pendopo tempat istirahat, dan toilet. Di sekitar kawasan tersebut juga terdapat restoran terapung, warung makan, kios wartel, voucher isi ulang pulsa, sentra oleh-oleh dan cenderamata, serta persewaan sampan dan speed boat untuk mengelilingi kawasan masjid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar